Mengevaluasi Efektivitas Periklanan

Monday, June 4, 2012

Kebanyakan uang yang dihabiskan oleh agen iklan adalah pada masa percobaan iklan dan sangat sedikit untuk mengevaluasi iklan tersebut. Padahal sebaiknya perusahaan mengiklankan dahulu di satu kota, mengevaluasi hasil/efeknya, baru jika berhasil beriklan secara nasional atau internasional. Ada dua efek iklan, yaitu efek komunikasi (communication effect) dan efek penjualan (sales effect) yang kedua-duanya dapat diteliti.

* Penelitian Efek Komunikasi
Penelitian efek komunikasi berusaha mengetahui apakah iklan yang dibuat dapat berkomukasi secara efektif. Ada metode yang disebut copy testing, yang dapat dilakukan sebelum dan sesudah ikan dipasang di media.

Ada 3 metode utama untuk pengujian awal dari iklan yaitu:

1. Metode pemeringkatan langsung (direct rating method), yaitu metode yang menanyakan konsumen untuk memeringkat iklan yang dipasang. Rating digunakan untuk mengevaluasi perhatian terhadap iklan, pembacaan iklan, pengertian, pengaruh dan kekuatan tingkah laku. Semakin tinggi rating biasanya semakin efektif iklan tersebut.

2. Pengujian portofolio (portfolio tests) menanyakan konsumen untuk melihat dan atau mendengar sekumpulan (portfolio) iklan, berbicara selama yang mereka inginkan. Kemudian konsumen tersebut ditanyakan untuk menyebutkan kembali semua iklan tersebut dan isinya, ditambah, sama atau dikurangi oleh si penanya (interviewer). Tingkat penyebutan kembali ini menunjukkan kemampuan iklan untuk bertahan dan menyampaikan pesan yang dapat dimengerti dan diingat.

3. Pengujian laboratorium (laboratory tests) menggunakan peralatan untuk mengukur reaksi psikologis konsumen seperti detak jantung, tekanan darah, pelebaran pupil, keringat terhadap suatu iklan. Pengujian ini mengukur kekuatan menarik perhatian dari iklan tersebut tetapi tidak menunjukkan sama sekali pengaruh iklan terhadap kepercayaan, sikap atau minat.

# Penelitian Efek Penjualan
Efek penjualan iklan biasanya lebih sukar diukur dibandingkan dengan efek komunikasi. Penjualan dipengaruhi banyak faktor disamping periklanan, seperti ciri produk, harga, ketersediaan dan kegiatan pesaing. Semakin sedikit atau semakin dapat dikendalikan faktor-faktor tersebut, semakin mudah untuk mengukur efek iklan terhadap penjualan. Efek penjualan paling mudah diukur pada situasi pemasaran langsung dan paling sukar diukur pada iklan untuk membangun citra brand atau perusahaan.

Satu pendekatan untuk mengetahui apakah perusahaan telah terlalu lebih atau kurang dalam menghabiskan uang untuk iklan adalah dengan formulasi berikut:
Peckhan telah mempelajari hubungan antara bagian dari suara (share of voice) dan pangsa pasar (share of market) untuk beberapa consumer product dan menemukan rasio 1 banding 1 untuk produk yang sudah mapan dan rasio 1,5 sampai 2 banding 1 untuk produk baru.

Cara menentukan efektivitas iklan adalah sebagai berikut:
Jika ada tiga perusahaan A, B dan C. Pangsa pasar dibagi dengan share of voice (share of voice adalah pengeluaran iklan perusahaan dibagi dengan pengeluaran iklan industri) menghasilkan efektivitas iklan. Setelah dibandingkan ternyata efektivitas iklan perusahaan A adalah yang terkecil (pangsa pasar kurang dari share of voice), diikuti B (pangsa pasar sama dengan share of voice) dan yang paling efektif adalah C (pangsa pasar lebih dari share of voice).

Kesimpulannya:
* Jika pangsa pasar kurang dari share of voice, maka perusahaan telah overspending atau misspending dalam beriklan.
* Jika pangsa pasar sama dengan share of voice, maka perusahaan sudah efisien dalam beriklan.
* Jika pangsa pasar lebih dari share of voice, maka perusahaan super efisien dalam beriklan.

Peneliti mencoba mengukur pengaruh terhadap penjualan dengan menganalisa data historis atau data eksperimen:

1. Pendekatan historis (historical approach) mengkorelasikan penjualan yang lalu dengan pengeluaran iklan yang lalu pada satu basis sekarang atau diberi lag (tenggang waktu) melalui teknik statistik yang canggih untuk mengukur efek iklan terhadap penjualan.

2. Pendekatan eksperimen (experimental design) mencoba bereksperimen melalui cara percobaan pengeluaran yang tinggi (high-spending tests) dan percobaan pengeluaran yang rendah (low-spending tests). Jika high-spending tests menghasilkan peningkatan penjualan yang banyak maka perusahaan nampaknya underspending dalam beriklan. Jika high-spending tests gagal untuk meningkatkan penjualan dan jika low-spending tests tidak menurunkan penjualan, maka perusahaan telah overspending. Jika high-spending tests gagal meningkatkan penjualan dan low-spending tests malah menurunkan penjualan berarti perusahaan sudah efisien dalam beriklan.

Sumber : http://jf-bohemiancry.blogspot.com/

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Academics Blogs Academics Top Blogs blogarama - the blog directory Submit your website to 20 Search Engines - FREE with ineedhits! Media Promosi

  © Blogger template Brownium by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP