Mempertanyakan Fungsi Iklan Luar Ruang di Kota Jakarta

Tuesday, January 3, 2012

Apabila kita melakukan perjalanan ke Jakarta maka hampir setiap orang akan mengatakan bahwa kota tersebut sangat padat dan sumber kemacetan lalulintas di Indonesia. Selama hari kerja hampir seluruh ruas jalan dikota ini tersendat dan memakan waktu cukup lama untuk mencapai tujuan. Selain kemacetan kota Jakarta juga disuguhi oleh maraknya pembangunan gedung pencakar langit dan pusat perbelanjaan oleh sebab itu berbagai macam promosi menghiasi jalan – jalan utama kota ini. Di beberapa wilayah dan di jalan manapun yang dilewati pasti akan menemukan berbagai bentuk promosi atau iklan yang menghiasai sudut–sudut jalan utama kota Jakarta, bahkan saat ini billboard–billboard semakin menjamur dengan menawarkan bermacan-macam promosi. Hal ini dilakukan dikarenakan kondisi Jakarta yang selalu macet sehingga menjadi komoditas oleh berbagai macam produk barang dan biro iklan untuk menarik masyarakat pengguna jalan menjadi massa yang konsumeris.

Beberapa wilayah utama di kota Jakarta seperti kawasan Kuningan, Senayan, dan Casablanca yang sering menjadi sumber kemacetan saat ini sudah dipenuhi oleh berbagai macam bentuk iklan luar ruang yang menawarkan macam-macam promosi. Sehingga ruang publik dipenuhi oleh promosi dan seakan-akan dibuat untuk tidak dapat bebas melihat kekosongan ataupun melihat pemandangan lain selain iklan. Tulisan ini akan bertujuan untuk mengkritisi posisi iklan luar ruang yang berada di wilayah – wilayah yang telah disebutkan diatas.

Iklan luar ruang kawasan Kuningan
Setiap sore hari tepatnya saat jam pulang kantor cobalah anda melewati kawasan kuningan Jakarta, disepanjang jalan tersebut pasti akan menemui kemacetan yang begitu panjang baik kearah Mampang ataupun Menteng. Sepanjang perjalanan akan disuguhi oleh berbagai macam billboard iklan dari mulai telepon seluler hingga produk kecantikan dan terpampang luas dalam setiap jembatan penyeberangan. Penulis sangat tertarik untuk mengkritisi iklan billboard di sekitar jalan rasuna said tepatnya diatas kembatan layang yang baru dibangun tepat menuju arah menteng. Ketika menaiki jembatan tersebut maka akan sangat tampak deretan biilboard memenuhi mata kita, dan secara tidak langsung pandangan kita akan beralih sesekali untuk melihat promosi apa yang disampaikan.

Bisa dibayangkan ketika kemacetan berlangsung dan kebosanan menghantui pikiran maka pajangan billboard tersebut akan merasuki pikiran, karena dalam suasana demikian segala macam bentuk pesan yang tertangkap oleh mata maka secara otomatis dapat menjadi bentuk pikiran. Satu diantara beberapa billboard tersebut adalah sebuah iklan Bank UOB, iklan tersebut menawarkan program yang bertajuk kuliner dengan diskon khusus menggunakan kartu kredit. Dalam billboard iklan bank UOB mereka menawarkan sebuah diskon makan sampai dengan 30 persen dibeberapa restoran. Billboard iklan Bank tersebut hanya menampilkan logo-logo dari restoran yang bisa digunakan oleh kartu kredit UOB, terlihat sedikit simple tanpa menggunakan model iklan. Tipografi tulisan yang menonjol dalam papan reklame tersebut adalah angka 30%, angka ini lebih ditonjolkan untuk menarik para pengendara akan diskon makanan. Pajangan iklan ini sangat kental rayuannya karena wilayah pemasangan iklannya disekitar kawasan perkantoran yang secara tidak langsung akan dapat menjadi inspirasi bagi pengguna kendaraan disekitar kawasan tersebut. Bisa dibayangkan pemaksaan konsumtif telah terjadi disini, paksaan disini bukan berarti mengharuskan tetapi dengan posisi iklan yang ada pikiran mengenai pesannya secara cepat mudah masuk dalam memori otak. Kondisi tersebut akan semakin berasa ketika kita berada persis ditengah – tengah jembatan layang tersebut pada keadaan tersendat dimana langit – langit malam terasa tertutup oleh hiasan lampu papan iklan.

Kawasan senayan menjadi arena mal bergerak
Wilayah senayan atau sekarang berubah nama menjadi areal gelora Bung Karno dahulu merupakan kawasan atlet dan pusat tempat berolahraga bagi warga kota Jakarta. Namun saat ini telah menjadi sebuah kawasan komersil yang terdiri dari hotel bintang lima hingga Mall kelas atas, bersamaan dengan itu sepanjang jalan Asia Afrika hingga Hanglekir saat ini dihiasi oleh banyaknya papan reklame iklan yang menyusuri sepanjang jalan tersebut. Seakan disesuaikan oleh wilayah komersil tersebut maka tampilan iklan yang dipromosikan berupa produk – produk kecantikan, pakaian, elektronik hingga rokok.

Papan – papan reklame iklan tersebut dipasang secara berjejer sehingga Nampak barisan billboard sepanjang jalan tersebut. Beberapa tampilan wanita dan elegannya teknologi menjadi dominasi tampilan isi billboard tersebut, para pembuat iklan Nampak masih ingin menampilkan keseksian tubuh seorang wanita saja. Tampilan wanita – wanita tersebut seakan – akan menandakan bahwa perempuan adalah makhluk konsumtif dan menjadi sebuah hiburan yang indah dipandang.

Disela-sela pajangan reklame iklan yang berderet disekitar kawasan Hanglekir tepatnya menuju senayan ada satu Billboard sensual yang menampilkan tubuh wanita. Billboard tersebut merupakan iklan dari celana Jean Levis, dalam rekalme ini menampilkan wanita berparas cantik dengan menonjolkan bagian pantatnya ke depan kamera. Gambar tersebut sebagai penanda bahwa celana Levis memiliki model ketat yang cocok untuk wanita muda, hal ini diperkuat dengan warna dasar pada Billboard yang berwarna pink sebagai simbol kewanitaan. Reklame ini secara kritis bisa dilihat sangat berbias gender sebab wanita ditampilkan sebagai objek lelaki terutama tubuhnya, sehingga ikon jeans yang ketat dan seksi hanyalah miliki wanita. Produk jeans yang ingin dipasarkan ini sangat tidak melihat sisi bagaimana wanita diposisikan, lokasi penempatan billboard yang dekat dengan mall Senayan City ini menandakan bahwa shopping adalah milik wanita.

Papan reklame lain yang perlu dicermati adalah iklan televisi LCD Samsung persis didepan plaza senayan Jakarta. Papan reklame ini menyerupai televisi dan menghadap kearah gedung plaza tersebut, tampilan ini bisa jadi menggambarkan bahwa realitas yang terlihat dalam televisi adalah seperti inilah dimana mall menjadi sarana tempat hiburan sekaligus tontonan bagi produk barang eksklusif. Samsung nampak jelas dalam pesan iklannya ini ingin menyampaikan pesan bahwa televisi LCD yang mereka produksi gambarnya sangat jernih dan mendekati realita, namun penempatan reklame tersebut mengarah ke sebuah pusat perbelanjaan mewah. Dengan demikian Samsung ingin menunjukkan bahwa hanya kelas atas dengan gaya hidup mewah yang dapat membeli produk tersebut, sehingga bisa dilihat bahwa iklan ini sangat berelasi denga kelas-kelas sosial.

Dari beberapa contoh iklan diatas bisa disimpulkan bahwa kawasan senayan saat ini telah menjadi sebuah mall bergerak selain oleh hadirnya pusat perbelanjaan sekitar daerah tersebut hadir pula papan – papan reklame yang isinya hampir sama dengan produk yang ditawarkan oleh pusat perbelanjaan.

Memaknai ruang iklan di Jakarta

Maraknya ruang papan reklame atau billboard di kota – kota besar seperti Jakarta merupakan bagian dari perkembangan industri periklanan yang semakin pesat. Industri dengan dukungan modal yang kuat dari pemilik modal ini semakin hari menjadi lahan subur bagi produsen untuk memasarkan mereka punya produk. Melalui agen – agen periklanan pula produk tersebut dapat laku keras dipasaran, namun seiring perkembangan tersebut pola konsumerisme masyarakat pun semakin meningkat. Apalagi sebuah kota member ruang bagi hadirnya iklan melalui reklame – reklame, proses pemasangannya dilakukan secara bebas dan dikondisikan dengan keadaan sekitar.

Jakarta saat ini hampir seluruh sudut jalannya telah dipenuhi oleh papan reklame iklan bahkan dengan perkembangannya bentuk iklan digital pun mulai marak, pemerintah DKI sendiri akan berencana mengganti papan reklame iklan dengan bentuk LCD atau digital. Secara tidak langsung akan memiliki dampak yang begitu besar kepada masyarakat. Karena reklame – reklame tersebut berada dalam ruang publik yang strategis bahkan terkadang berada dekat dari pemukiman.

Ada kesan bahwa pemasangan reklame tersebut merupakan bagian dari estetika keindahan kota metropolitan, hal ini diperkuat dengan model – model reklamenya yang terkesan bernuansa budaya pop sehingga nilai-nilai budaya industri terkampanyekan dengan efektif. Tidak hanya itu pola masyarakat pun berubah karena mencari tempat bersantai sudah disesuaikan dengan bentuk industri tersebut seperti mall dan cafĂ©, mengalahkan taman – taman kota bahkan bentuk rekreasi tersebut menunjukkan tipikal kelas social. Sehingga dapat dimaknai bahwa gambaran kehidupan kota Jakarta seperti papan reklame, yaitu sebuah kehidupan yang diwarnai dengan promosi dan konsumsi sehingga dapat menjadi komoditas bagi industri capital. Sehingga bisa disimpulkan bahwa Jakarta saat ini telah menjadi sebuah kota dalam ruangan papan reklame iklan dimana kita tidak bisa lepas darinya sampai kita bisa mengkonsumsinya.

Apabila ingin mudah melihat bagaimana pola kehidupan masyarakat kota Jakarta maka mungkin dapat dilihat dari berapa banyak papan reklame yang terpasang disekitar wilayahnya, karena penulis melihat bahwa semakin banyak papan reklame terpajang maka kondisi masyarakat sekitarnya bisa dikatakan hidup dalam areal konsumerisme. Konsep periklanan yang menghiasi papan reklame dijakarta banyak mengambil bentuk budaya pop. Dan masih kecenderungan mengadopsi bias gender.

Sudah saatnya kita mempertanyakan kembali fungsi – fungi iklan luar ruang di Jakarta, apakah papan reklame tersebut ingin menidurkan masyarakat dari kenyataan yang ada atau ini hanya permainan industri periklanan yang mengabaikan kenyamanan warga kota untuk menikmati diri dari jauhnya rutinitas konsumtif.

Tulisan ini merupakan bagian dari makalah penulis dalam rangka seminar tentang periklanan di Jogjakarta tahun 2009

Sumber : http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/07/05/mempertanyakan-fungsi-iklan-luar-ruang-di-kota-jakarta/

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Academics Blogs Academics Top Blogs blogarama - the blog directory Submit your website to 20 Search Engines - FREE with ineedhits! Media Promosi

  © Blogger template Brownium by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP