Kesalahan Marketing Yang Wajib Dihindari
Thursday, October 13, 2011
Sebuah jalan untuk mencapai keberhasilan usaha adalah dengan tidak melakukan kesalahan marketing berikut ini :
1. Mencoba menjual semuanya ke setiap orang
Mencoba melakukan apa saja adalah bencana marketing. Untuk menjadi yang terbaik diperlukan komitmen dan fokus. Lakukan hal tersebut dan hal yang lainnya akan menyusul.
2. Harga berbasis biaya
Kebanyakan usaha kecil tidak memiliki penanganan akuntansi biaya yang memadai dan meraka meremehkan biaya mereka. Jika harga berbasis biaya, hasil akhirnya selalu produk dibawah harga. Daripada harga yang didapatkan dari nilai. Harga ini merefleksikan penghematan potensial, level kepuasan tertinggi, atau penggunaan maksimal dimana klien akan menerimanya dari pembelian dan menggunakan produk atau jasa tersebut.
3. Branding yang tidak konsisten
Kartu bisnis Anda berarti satu hal, website menyatakan hal lain, dan brosur memberikan keterangan lain. Branding adalah janji nilai yang memerlukan konsistensi. Berikan satu cerita saja.
4. Hanya percaya pada satu konsumen besar
Banyak perusahaan kecil yang menjadi tawanan konsumen besar. Saat konsumen menjauh, perusahaan runtuh. Seberapa besar yang terlalu besar? Saya sarankan tidak lebih besar dari 25% penjualan tahunan. Perhatikan konsumen penting ini, tapi fokus pada anggaran marketing untuk menemukan pelanggan baru. Lakukan sekarang.
5. Menjual produk dan fitur
Orang tidak membeli produk dan fitur. Mereka membeli solusi untuk masalah mereka. Ini bukan tentang Anda. Ini tentang mereka.
6. Tidak ada riset pasar
Banyak pengusaha sukses mengandalkan "nyali" mereka dan pengalaman untuk membuat keputusan strategis.Mungkin ini penunjuk arah yang baik, tapi luangkan waktu untuk memverifikasi asumsi Anda dengan riset pasar; terkadang insting Anda bisa salah.
7. Tidak memberi waktu untuk berhasil
Membangun brand dan menjual pada konsumen memerlukan waktu dan biaya. Tentukan tujuan konservatif dan pastikan Anda memiliki dana untuk mengenalkan produk baru; mungkin Anda beruntung, tapi biasanya sukses berat untuk dicapai.
8. Website yang buruk
Link yang mati, isi tidak aktual, dan desain web yang lama akan membuat pelanggan lari. Website harus di-refresh secara konstan, kaya akan konten dan Anda harus memelihara optimalisasi situs sebagai mesin pencari utama. Ini adalah syarat dalam melakukan bisnis secara virtual dalam bisnis saat ini .
9. Daftar konsumen yang sudah usang
Konsumen baru Anda ada di sistem akuntansi,daftar kartu ucapan, prospek Anda ada di data email dan mantan pelanggan ada di kabinet file. Daftar klien seharusnya diperlakukan seperti barang yang berharga. Simpan file ini dalam satu file yang selalu diupdate dan di back up.
10. Tidak mengupdate marketing plan
Marketing plan yang baik sekalipun harus tetap diupdate. Banyak hal yang berubah dengan cepat. Janji iklan internet akhirnya menjadi kenyataan.Yellow-page telah berakhir. Kita telah memasuki era personalisasi. Satu ukuran tidak bisa cocok untuk semuanya. Tinjau rencana anda tiap kwartal dan update tiap tahunnya. Seorang manajer pabrik pernah mengeluh ke saya, betapa tidak seimbangnya kebijakan perusahaan yang menyangkut investasi. Dia hanya mengajukan beberapa alat baru yang harganya di bawah Rp5 milar, namun dokumen yang harus dia lengkapi untuk justifikasi bisa digunakan sebagai bantal saking tebalnya.
Di sisi lain, investasi yang diajukan rekannya di bagian marketing, yang mencapai puluhan miliar rupiah, dokumen pendukungnya terkesan minimalis. Menurutnya, orang marketing sendiri kesulitan untuk mengukur tingkat keberhasilan investasi komunikasi. Apa betul demikian?
Mengukur keberhasilan komunikasi itu tidak bisa dilepaskan dari unsur riset pasar. Dan masalahnya, banyak perusahaan yang melihat riset sebagai biaya, bukan bagian dari investasi. Dalam perencanaan komunikasi yang baik, riset seharusnya sudah dianggarkan dan 'dikunci' sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah marketing communication plan.
Pada saat saya diminta bantuan untuk mengaudit atau mengkaji efektifitas dari kegiatan komunikasi perusahaan, yang saya tanyakan terlebih dahulu adalah ada tidaknya riset pasar ini. Karena proses communication audit yang holistik adalah sebuah integrasi antara review ke dalam perusahaan dan review ke luar, ke target pasarnya.
Ada beberapa temuan yang ingin saya bagi dalam tulisan ini dari hasil audit komunikasi brand, yang bisa menjadi bahan refleksi bagi perusahaan.
Temuan 1. Marketing communication plan tidak strategik
Suatu kali, saya disodori sebuah dokumen 100 halaman yang katanya adalah Marketing Communication Plan. Setelah saya baca, ternyata isinya adalah activity plan dilengkapi dengan anggaran dan timing, serta network planning-nya. Sangat detil memang, tetapi bukan itu yang saya maksud dengan Marketing Communication Plan.
Dalam dokumen yang diberikan, tidak ada penjelasan tentang strategi brand positioning, pemilihan segmen/target audience, penjelasan tentang target komunikasi pada tahun tersebut, strategi kreatif untuk mencapai sasaran dan strategi media agar pesannya sampai ke tangan konsumen. Tanpa kelengkapan itu semua, tentu saja sulit untuk mengevaluasi apakah uang miliaran rupiah yang dilepas pada tahun itu tepat sasaran atau tidak.
Temuan 2. Tujuan komunikasi hanya dikaitkan dengan penjualan
Apa yang ingin dicapai dari sebuah kegiatan komunikasi? Jawaban yang sering saya dengar adalah peningkatan penjualan. Memang benar tujuan akhir perusahaan adalah penjualan, tetapi dengan menitikberatkan kegiatan penjualan, ada hal-hal yang lain yang berkaitan dengan brand building yang dikesampingkan.
Ungkapan Advertising that sells yang sering didengungkan bisa menimbulkan sebuah persepsi bahwa iklan baru berhasil bila menghasilkan jualan. Padahal, advertising atau iklan, punya bermacam tujuan.
Tujuan komunikasi harus dikaitkan dengan tahapan apa yang sedang dilalui oleh sebuah brand dalam proses pembinaan dan pembangunan brand tersebut di benak konsumen. Tahap pembentukan awareness, tahap mengisi knowledge tentang brand, tahap pendekatan agar konsumen lebih suka terhadap brand kita dibanding pesaing, tahap di mana penjualan harus dilakukan dalam jangka pendek atau pada tahap pembinaan loyalitas terhadap brand.
Temuan 3. Materi komunikasi tidak efektif
Banyak kita jumpai materi komunikasi yang membosankan, yang tidak menimbulkan keinginan audience untuk menonton atau membacanya. Atau bila materinya kreatif, pesan yang disampaikan tidak mengena, tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan komunikasi.
Di kasus lainnya, iklan bahkan terlalu kreatif, sehingga pesannya sendiri menjadi tidak jelas, tergulung oleh pernak-pernik kreatifitas yang tinggi. Dalam beberapa kesempatan, kita sering bertanya sendiri pada saat tereskpose pada sebuah iklan tipe ini, 'maunya apa sih iklan ini?'
Bagaimana untuk menghindari kesalahan dalam pembuatan materi? Yang saya amati, banyak perusahaan yang berusaha menghemat dalam proses kreatifitas ini. Pertama, dengan mengerjakannya sendiri, yaitu dengan merekrut tenaga desain grafis yang diharapkan bisa membuatkan materi komunikasi.
Kedua, dengan berganti-ganti biro iklan, setiap kali kampanye, ditenderkan dulu untuk melihat peluang mendapatkan kreatifitas dengan biaya semurah-murahnya.
Kedua tendensi ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak bijaksana dalam berhemat. Biro iklan yang menekan harga biasanya tidak melengkapi diri dengan strategic brand planner. Desainer internal biasanya tidak punya pengetahuan yang cukup tentang konsep komunikasi pemasaran. Di sini kemudian terjadi kegagalan dalam menerjemahkan kebutuhan kreatif yang disesuaikan dengan manajemen brand secara strategis.
Akhirnya, bisa dibayangkan, hasil kompromi harga di sana sini menghasilkan materi komunikasi yang mundane atau biasa-biasa saja, yaitu: (1) tidak noticeable atau tidak ada sesuatu yang unik yang bisa membuat audiens berhenti dan mengamati, (2) tidak dimengerti pesannya, dan (3) pesannya mungkin sampai, tetapi tidak diingat, berlalu begitu saja.
enghematan investasi komunikasi sebaiknya jangan di tingkat kreatifitas. Masih banyak pos budget lain yang bisa ditekan. Penghematan di tingkat ini, menurut pendapat saya, justru adalah sumber pemborosan.
Temuan 4. Alokasi kegiatan komunikasi tidak seimbang
Pada prinsip Integrated Marketing Communication, yang dipentingkan adalah merancang sebuah sinergi dari berbagai kegiatan komunikasi, baik yang diarahkan untuk pembentukan citra sebuah brand maupun yang langsung berhubungan dengan aktivasi brand. Saya sering menemukan kombinasi kegiatan brand yang tidak seimbang, yang hasilnya tidak maksimal.
Ada kecenderungan perusahaan untuk menggunakan media atau kegiatan yang itu-itu saja. Alasannya, karena kompetitornya bermain di sana. Media yang punya track record dibaca oleh jutaan orang, langsung dianggap paling efektif. Padahal, jika dihitung cost per contact nya, belum tentu harganya paling ekonomis mengingat semakin hari pembaca media makin segmented.
Kegiatan event yang itu-itu saja juga belum tentu merupakan jawaban berhasilnya menjangkau target audiens. Jika kompetitor sudah berhasil menggunakan cara tertentu, belum tentu kita harus melakukan cara yang sama. Konsumen ada kalanya jenuh untuk diajak bicara dengan bahasa yang sama terus menerus. Perlu dipikirkan cara lain untuk menjangkau mereka, lepas dari standar kegiatan yang sudah ditetapkan oleh industrinya.
Sumber : http://www.suaramedia.com
.
0 comments:
Post a Comment